Selasa, 01 Maret 2022

Pengaruh Kepribadian Tipe A Terhadap Komitmen Organisasi

 

PENGARUH KEPRIBADIAN TIPE A TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI

 

A.           LATAR BELAKANG MASALAH

Pada era globalisasi ini terjadi persaingan yang ketat di berbagai sektor. Sehingga  suatu organisasi harus berjuang memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage). Oleh karena itu, pimpinan organisasi  memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang memenuhi  kualifikasi persyaratan psikologis dengan berkualitas optimal agar mereka mampu mencapai kinerja yang tinggi.

Fenomena yang terlihat pada suatu organisasi sekarang bahwa beberapa anggota organisasi memiliki tingkat komitmen organisasi yang rendah. Akibat negatif yang dirasakan bagi organisasi adalah adanya beberapa anggota yang datang ke tempat kerja terlambat, sering absen, beberapa orang tidak bekerja saat jam kerja, pulang kerja lebih cepat dari jam yang seharusnya, terutama bila pemimpinnya tidak beberapa di kantor.

Apabila anggota kurang berkomitmen terhadap organisasi maka organisasi akan mengalami kerugian. Lalu akibat positif yang dirasakan anggota yang memiliki tingkat komitmen tinggi yaitu anggota yang bekerja dengan lebih tanggung jawab, mereka jarang sekali absen, masuk kerja dan pulang kerja sesuai dengan jam kerja bahkan sampai “lembur” dan mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, baik pada waktu pemimpin mereka berada atau tidak berada di kantor. Oleh karena itu dengan adanya beberapa organisasi yang berkomitmen maka keuntungan atau pendapatan yang didapat suatu organisasi semakin meningkat.

Oleh karena adanya fenomena yang berkaitan dengan komitmen organisasi maka organisasi sangat memerlukan sumber daya manusia yang berpotensi, berkualitas, dan berkomitmen tinggi untuk menunjang keberhasilan. Komitmen organisasi, anggota menjadi hal yang penting bagi sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidup sebuah organisasi apapun bentuk organisasinya. Komitmen menunjukkan hasrat anggota suatu organisasi untuk tetap tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi organisasi.

Komitmen organisasi memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan organisasi. Robbins (1998) menyebutkan bahwa ada korelasi negatif antara komitmen organisasi dengan tingkat intensitas turn over (keluarnya anggota dari satu organisasi lalu pindah ke organisasi lain) juga dengan tingkat kelambanan. Sehingga semakin tinggi komitmen organisasi, semakin rendah intensitas turn over anggotanya. Anggota yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan mempunyai keinginan yang rendah untuk keluar dari organisasi. Menurut Dessler (1997) dengan adanya komitmen organisasi, akan tercipta anggota yang setia terhadap organisasi, mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai dan tujuan, dan memperlakukan organisasi seperti milik mereka sendiri.

Anggota akan merasa telah menjadi satu dengan organisasi dan tidak terpisahkan. Hal ini akan berakibat terciptanya hubungan antara anggota dengan organisasi menjadi lebih baik. Selain itu, setiap anggota juga akan bersedia berusaha keras dan memberikan performance terbaik demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi. Organisasi yang memiliki tipe anggota seperti ini akan menjadi organisasi yang sehat dan berkembang baik.

Mowday, dkk (1982) mengatakan bahwa anggota yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Komitmen organisasi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti: usia anggota, lamanya dalam organisasi, jenis pekerjaan dan lain lain (Schultz & Schultz, 1998). Selain itu, faktor kepribadian juga dapat mempengaruhi komitmen organisasi dalam bekerja di sebuah organisasi. Faktor yang berpengaruh terhadap komitmen anggota pada organisasi adalah kepribadian, nilai yang dianut, dan kepercayaan, di mana hal tersebut merupakan karakteristik individu yang turut mempengaruhi komitmen anggota dalam bekerja. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mowday, dkk, (1982) yang menyatakan bahwa karakteristik personal (seperti kepribadian), peran, pengalaman kerja, dan struktural mempengaruhi komitmen organisasi. Tidak banyak yang mengetahui bahwa faktor kepribadian turut berperan penting dalam komitmen anggota terhadap organisasi.

Menurut Davison, dkk, (2004) kelompok kepribadian tipe A mempunyai komitmen organisasi yang tinggi. Hal ini dilihat dari ciri kepribadian tipe A yaitu orang yang kompetitif, terburu-buru, dan berkomitmen pada pekerjaan. Dengan penelitian yang dilakukan oleh Tseng dan Lee (1985) yang menunjukkan hasil bahwa karakteristik kepribadian berpengaruh yang positif terhadap komitmen organisasi. Kepribadian tipe A secara signifikan berhubungan dengan komitmen organisasi dan memiliki sikap komitmen yang tinggi terhadap organisasi.

 

B.            PERUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini, rumusan masalahnya adalah: ”Apakah pengaruh kepribadian tipe A terhadap komitmen organisasi?


C.           PEMBAHASAN

1.             Pengertian Kepribadian

Definisi Kepribadian Menurut Kartono (1979) kata kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin “persona” yang artinya kedok atau topeng. Topeng ini biasanya digunakan oleh pemain teater Yunani untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter tertentu.

Personality juga berasal dari personare yang artinya menembus, maksudnya dengan menggunakan topeng dapat menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk tingkah laku tertentu. Persona merupakan gambaran salah satu bentuk atau tipe individu tertentu. Jung (dalam Kartono, 1979) menyatakan persona itu merupakan topeng bagi individu sepanjang hidupnya yang berfungsi sebagai benteng pelindung untuk menutupi dan melindungi diri sendiri agar mempunyai penampilan yang menyenangkan dan lebih baik.

Selanjutnya menurut Allport (dalam Wallace, 1993, h.251) menyatakan bahwa kepribadian sebagai organisasi dinamik dalam sistem individu psiko-fisikal yang menentukan penyesuaian unik mereka terhadap lingkungan yang baru.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah keseluruhan kualitas, ciri-ciri, perilaku yang mengakarakteristikan sifat individu yang menentukan penyesuaian unik mereka terhadap lingkungan yang baru sehingga membedakan antara individu yang satu dengan lainnya.

 

2.             Pengertian Kepribadian Tipe A

Menurut Bortner, kepribadian tipe A adalah individu yang mengerjakan tugas dengan cepat, mempunyai sikap kompetitif yang tinggi, tidak sabar dengan cara apapun untuk mencapai tujuan yang diinginkannya atau menyelesaikan tugas dari waktu yang ditentukan, berorientasi pada prestasi, ambisius, agresif, mudah stress, mudah tertekan, tergesa-gesa, mudah gelisah, sering mengalami ketegangan, dan berbicara dengan penuh semangat. 

Kepribadian Tipe A merupakan kompleks tindakan emosi yang dapat diamati dalam setiap orang yang terlibat secara agresif dalam suatu perjuangan yang terus-menerus dan tak henti-henti untuk mencapai hal yang lebih dari sekarang. (Kreitner dan Kinicki, 2005).

Dengan mengintroduksi pendapat Friedman dan Rosenman, Gibson dkk, (1996:358) menyatakan bahwa individu yang menunjukkan jenis kepribadian tipe A cenderung menjadi agresif dan ambisius. Sikap permusuhannya mudah muncul, dan mereka merasakan pentingnya waktu. Mereka umunya kurang sabar, kompetitif, dan pikirannya selalu dipenuhi masalah pekerjaan mereka.

Individu dengan jenis kepribadian tipe A adalah manusia yang tak henti-hentinya ingin mencapai sesuatu yang lebih tinggi (tinggi dan banyak), dengan waktu yang terasa selalu kurang. Ciri-ciri dari jenis kepribadian tipe A termasuk pemikiran yang sarat dengan bagaimana manusia dapat mengejar waktu, bagaimana manusia bersaing terus-menerus dengan ketat, bagaimana tingkah laku manusia hampir selalu mengarah kepada permusuhan, keinginan yang besar untuk menggunakan waktu yang luang dan ketidaksabaran menyelesaikan tugas.

Meskipun memberikan label perilaku tipe A sebagai penyakit ketergesaan, Friedman dan Rosenman mencatat bahwa individu tipe A seringkali menunjukkan prestasi yang mengagumkan terutama dalam lingkungan sekolah dan lingkungan kerja yang berorientasi pada kinerja. Namun, di sisi buruknya, kepribadian tipe A ini cenderung akan mudah terkena stres (dalam Kreitner dan Kinicki, 2005).

 

3.             Pengertian Komitmen Organisasi

Allen & Meyer (1997) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu keadaan psikologis yang mencirikan hubungan antara karyawan dengan organisasi, dan berimplikasi pada  keputusan untuk melanjutkan keanggotaannya dalam organisasi.

Menurut Mowdy, dkk (dalam McKenna, 2000) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai hubungan yang kuat dari identifikasi seseorang dan keterlibatan dalam organisasi.

Lebih lanjut, Prabowo (2001) dkk berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi saat pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai dan sasaran organisasinya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah proses identifikasi dan keterlibatan seseorang terhadap suatu organisasi dan mengekspresikan keinginan dan kepedulian terhadap organisasi menerima tujuan, nilai, adanya sasaran organisasi agar tercapai suatu kesuksesan dan kesesejahteraan.

 

4.             Komponen Komitmen Organisasi

Menurut Meyer & Allen (1997) mengidentifikasi tiga komponen komitmen organisasi yaitu :

a.         Affective commitment, berasal dari kelekatan emosional karyawan terhadap organisasi, sehingga karyawan yang memiliki komitmen efektif yang kuat akan mengidentifikasikan diri dengan terlibat dalam organisasi, dan menikmati keanggotaannya dalam organisasi.

b.         Continuance commitment, berkaitan dengan komitmen yang didasarkan pada persepsi atas kerugian yang akan diperoleh dirinya jika karyawan tidak melanjutkan pekerjaannya dalam organisasi. Oleh karena itu, karyawan yang memiliki continuance commitment yang kuat akan bertahan dalam organisasi karena mereka memang membutuhkan (need to).

c.    Normative Commitment, merupakan keyakinan individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi. Normative Commitment berkaitan dengan perasaan-perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.

 

5.             Faktor-faktor yang memengaruhi Komitmen Organisasi

Menurut Dyne dan Graham (dalam Coetzee, 2005). Ada 3 faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu:

a.      Personal factor : Ada beberapa faktor personal yang mempengaruhi latar belakang pekerja, antara lain usia, latar belakang pekerja, sikap dan nilai serta kebutuhan intrinsik pekerja. Ada banyak penelitian menunjukkan bahwa beberapa tipe pekerja memiliki komitmen yang lebih tinggi pada organisasi yang memperkerjakannya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pekerja yang lebih teliti dan mempunyai pandangan positif terhadap hidupnya (optimis), cenderung lebih berkomitmen.

b.           Situasional factors,

1)     Workplace values / nilai-nilai ditempat kerja: Nilai yang tidak terlalu kontroversial (kualitas, inovasi, kooperasi, partisipasi, dan Trust akan mempermudah setiap anggota / karyawan untuk saling berbagi dan membangun hubungan erat.

2)             Subordinate-supervisor interpersonal relationship: Perilaku dari supervisor merupakan suatu hal yang mendasar dalam menentukan tingkat kepercayaan interpersonal dalam unit pekerjaan.

3)             Job characteristics: Meliputi pekerjaan yang penuh makna, otonomi dan umpan balik dapat merupakan motivasi kerja yang internal.

4)             Organizational support: Ada hubungan yang signifikan antara komitmen pekerja dengan kepercayaan pekerja terhadap keterikatan, dengan organisasinya.

c.             Positional/ penempatan,

1)             Organizational tenure: Penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang lebih lama bekerja di organisasi akan lebih mempunyai hubungan yang kuat dengan organisasi tersebut.

2)             Hierarchical job level: Penelitian menyebutkan bahwa status sosial ekonomi menjadi satu-satunya prediktor yang kuat dalam komitmen organisasi.

 

6.             Komitmen organisasi berdasarkan kepribadian tipe A

Faktor kepribadian dapat mempengaruhi komitmen organisasi dalam bekerja di organisasi (Miner, 1992). Komitmen organisasi adalah proses identifikasi dan keterlibatan sesorang terhadap suatu organisasi dan mengekspresikan keinginan dan kepedulian terhadap organisasi menerima tujuan, nilai, adanya sasaran organisasi agar tercapai suatu kesuksesan dan kesesejahteraan.

Fenomena yang terlihat pada suatu organisasi sekarang bahwa beberapa anggota organisasi memiliki tingkat komitmen organisasi yang rendah. Akibat negatif yang dirasakan bagi organisasi adalah adanya beberapa anggota yang datang ke tempat kerja terlambat, sering absen, beberapa orang tidak bekerja saat jam kerja, pulang kerja lebih cepat dari jam yang seharusnya, terutama bila pemimpinnya tidak beberapa di kantor.

Dengan individu yang memiliki kepribadian tipe A, cenderung memiliki komitmen yang tinggi yaitu seperti bekerja dengan lebih tanggung jawab, mereka jarang sekali absen, masuk kerja dan pulang kerja sesuai dengan jam kerja bahkan sampai “lembur” dan mereka bekerja dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu dengan adanya individu yang memiliki kepribadian tipe A, yang memiliki komitment tinggi terhadap organisasi, maka organisasi akan memiliki keuntungan atau pendapatan yang semakin meningkat.

Adanya komitmen organisasi mendorong para individu anggota organisasi untuk mempunyai semangat berkomitmen dan bertanggung jawab dengan maksimal terhadap organisasi serta turut berpartipasi di dalam kemajuan organisasinya. Komitmen organisasi dapat ditunjukkan melalui identifikasi anggota terhadap organisasi, persetujuan anggota terhadap objektivitas dan sistem value yang berlaku dalam organisasi, dan secara sukarela memberikan usaha ekstra bagi kelangsungan organisasi. Anggota yang berkomitmen tinggi juga akan bertanggungjawab dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Komitmen organisasi tidak terlepas dari nilai, kepercayaan, atau kepribadian yang dimiliki oleh para anggotanya. Dengan para anggota memiliki kepribadian tipe A yang memiliki etos kerja yang tinggi. Sehingga anggota dalam berorganisasi memiliki hasrat dalam bekerja serta mengabdikan diri bagi organisasinya. Dengan demikian, akan tercipta kesetiaan anggota terhadap organisasinya dan menganggap bahwa organisasinya seperti milik sendiri.

Seorang individu yang memiliki kepribadian tipe A biasanya dalam  mengerjakan tugas dilakukannya dengan cepat, mempunyai sikap kompetitif yang tinggi, tidak sabar dengan cara apapun untuk mencapai tujuan yang diinginkannya atau menyelesaikan tugas dari waktu yang ditentukan, dan berbicara dengan penuh semangat. Sehingga individu yang memiliki kepribadian tipe A cenderung memiliki hubungan yang kuat dari identifikasi seseorang dan keterlibatan dalam organisasi tinggi. Sehingga menimbulkan sikap komitmen kerja terhadap organisasi tinggi. Dengan tercapainya sasaran organisasi agar tercapai suatu kesuksesan dan kesesejahteraan dalam lingkungan organisasi.

Individu dengan jenis kepribadian tipe A cenderung melakukan pekerjaan dengan semaksimal mungkin, mengerjakan pekerjaan dengan memotivasi ingin bersaing terus-menerus dengan ketat, memanfaatkan waktu luang dengan se efektif mungkin dan ketidaksabaran dalam menyelesaikan tugas. Kondisi ini membuat individu memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasinya dengan anggota organisasi yang sangat tertarik terhadap tujuan, nilai dan sasaran organisasinya.

Individu yang menunjukkan kepribadian tipe A pikirannya selalu dipenuhi masalah pekerjaan mereka. Sehingga individu yang memiliki kepribadian tipe A cenderung selalu memikirkan pekerjaan-pekerjaan dan terfokus dengan organisasinya. Sehingga memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasinya. Dari sikap demikian, membuat organisasi akan semakin maju dan berkembang karena adanya loyalitas dari para anggotanya.

Meskipun perilaku tipe A memiliki kelemahan yaitu berupa ketergesaan dalam melakukan apapun, tetapi individu dengan tipe A seringkali menunjukkan suatu prestasi yang mengagumkan terutama dalam lingkungan kerja yang berorientasi pada kinerja, karena kepeduliannya yang tinggi terhadap organisasi. Sehingga akan melakukan pekerjaan yang semaksimal mungkin.

Kepribadian Tipe A memiliki tindakan emosi yang kompleks terhadap organisasi, sehingga anggota organisasi memiliki komitmen efektif yang kuat dengan cara mengidentifikasikan diri dengan terlibat dalam organisasi, dan menikmati keanggotaannya dalam organisasi. Anggota yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi.

Selain itu dengan individu yang memiliki kepribadian tipe A, mereka akan merasa telah menjadi satu dengan organisasi dan tidak terpisahkan. Hal ini akan berakibat terciptanya hubungan antara anggota dengan organisasi menjadi lebih baik. Selain itu, setiap anggota juga akan bersedia berusaha keras dan memberikan performance terbaik demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi. Organisasi yang memiliki tipe anggota seperti ini akan menjadi organisasi yang sehat dan berkembang baik.  

 

D.           KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa individu yang memiliki kepribadian tipe A cenderung memiliki komitmen yang tinggi dan kuat terhadap organisasinya. Hal itu tercermin dengan sikapnya yang memiliki hasrat dalam bekerja serta mengabdikan diri bagi organisasi, setia terhadap organisasi, mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai dan tujuan, dan memperlakukan organisasi seperti milik mereka sendiri. Selain itu mereka akan merasa telah menjadi satu dengan organisasi dan tidak terpisahkan. Hal ini akan berakibat terciptanya hubungan antara anggota dengan organisasi menjadi lebih baik. Selain itu, setiap anggota juga akan bersedia berusaha keras dan memberikan performance terbaik demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi. Sehingga organisasi yang memiliki tipe anggota seperti ini akan menjadi organisasi yang sehat dan berkembang baik.

 

E.            DAFTAR PUSTAKA

 

Coetzee, M. 2005. Employee commitment. University of Pretoria etd.

 

Davison, G.C., Neale. J.M., & Kring, A.M. 2004. Abnormal psychology : internasional edition ( 9 th ed.). New York : John Wiley & Sons.

 

Dessler, G. 1997. Manajemen sumber daya manusia (2nd ed.). Jakarta: Prenhallindo.

 

Ika Suranto, Ribkah. 2012. Perbedaan Komitmen Organisasi Antara Karyawan Kepribadian Tipe A dan Tipe B di PT Dunia Setia Sandang Asli Tekstil Surakarta. Diss. Program Studi Psikologi FPSI-UKSW.

 

Gibson L. James, John M. Ivancevich, James H. Donnelly Jr. 2006. Organisasi ; Perilaku Struktur, dan Proses.  Edisi Kedelapan Jilid 1 dan II. Jakarta : Binarupa Aksara.

 

Kartono. 1980.  Teori Kepribadian. Bandung. Alumni. 

 

Kreitner & Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.

 

McKenna, E. 2000. Businesss Psychology and Organizational Behavior : A Student’s handbook (3rd ed.). Phiadelphia Psychology Press.

 

Meyer, J.P. & Allen, N.J. 1997. Commitment in the Workplace: Theory, Research, and Application. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

 

Miner, J.B 1992. Industrial organizational psychology. NJ: McGraw- Hill.

 

Mowday, R.T., Porter, L.W., & Steers, R.M. 1982. Employee-organization linkages: The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. New York: Academic Press.

 

Prabowo, S. 2001. Mengapa seseorang bertahan dalam organisasi?. Psikodemensia.

 

Robbins, S.P. 1998. Organizational behavior: consepts, controversies, and applications (8 th ed.). NJ: Prentice Hall.

 

Schultz, D.P., & Schultz, S.E 1998. Psychology and work today : An introduction to industrial and organizational psychology (7 th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.