PENGARUH
KEPRIBADIAN TIPE A TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Pada era globalisasi ini terjadi
persaingan yang ketat di berbagai sektor. Sehingga suatu organisasi harus berjuang memiliki
keunggulan kompetitif (competitive
advantage). Oleh karena itu, pimpinan organisasi memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang
memenuhi kualifikasi persyaratan
psikologis dengan berkualitas optimal agar mereka mampu mencapai kinerja yang tinggi.
Fenomena yang terlihat pada suatu
organisasi sekarang bahwa beberapa anggota organisasi memiliki tingkat komitmen
organisasi yang rendah. Akibat negatif yang dirasakan bagi organisasi adalah
adanya beberapa anggota yang datang ke tempat kerja terlambat, sering absen,
beberapa orang tidak bekerja saat jam kerja, pulang kerja lebih cepat dari jam
yang seharusnya, terutama bila pemimpinnya tidak beberapa di kantor.
Apabila anggota kurang
berkomitmen terhadap organisasi maka organisasi akan mengalami kerugian. Lalu
akibat positif yang dirasakan anggota yang memiliki tingkat komitmen tinggi
yaitu anggota yang bekerja dengan lebih tanggung jawab, mereka jarang sekali
absen, masuk kerja dan pulang kerja sesuai dengan jam kerja bahkan sampai
“lembur” dan mereka bekerja dengan sungguh-sungguh, baik pada waktu pemimpin
mereka berada atau tidak berada di kantor. Oleh karena itu dengan adanya
beberapa organisasi yang berkomitmen maka keuntungan atau pendapatan yang
didapat suatu organisasi semakin meningkat.
Oleh karena adanya fenomena yang
berkaitan dengan komitmen organisasi maka organisasi sangat memerlukan sumber
daya manusia yang berpotensi, berkualitas, dan berkomitmen tinggi untuk
menunjang keberhasilan. Komitmen organisasi, anggota menjadi hal yang penting
bagi sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidup sebuah organisasi
apapun bentuk organisasinya. Komitmen menunjukkan hasrat anggota suatu
organisasi untuk tetap tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi organisasi.
Komitmen organisasi memiliki
manfaat yang besar bagi perkembangan organisasi. Robbins (1998) menyebutkan
bahwa ada korelasi negatif antara komitmen organisasi dengan tingkat intensitas turn over (keluarnya anggota
dari satu organisasi lalu pindah ke organisasi lain) juga dengan tingkat kelambanan.
Sehingga semakin tinggi komitmen organisasi, semakin rendah intensitas turn over anggotanya. Anggota yang
memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan mempunyai keinginan yang rendah
untuk keluar dari organisasi. Menurut Dessler (1997) dengan adanya komitmen
organisasi, akan tercipta anggota yang setia terhadap organisasi,
mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai dan tujuan, dan memperlakukan organisasi
seperti milik mereka sendiri.
Anggota akan merasa telah menjadi
satu dengan organisasi dan tidak terpisahkan. Hal ini akan berakibat
terciptanya hubungan antara anggota dengan organisasi menjadi lebih baik.
Selain itu, setiap anggota juga akan bersedia berusaha keras dan memberikan
performance terbaik demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi.
Organisasi yang memiliki tipe anggota seperti ini akan menjadi organisasi yang
sehat dan berkembang baik.
Mowday, dkk (1982) mengatakan
bahwa anggota yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan lebih
termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan
organisasi. Komitmen organisasi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor
seperti: usia anggota, lamanya dalam organisasi, jenis pekerjaan dan lain lain
(Schultz & Schultz, 1998). Selain itu, faktor kepribadian juga dapat
mempengaruhi komitmen organisasi dalam bekerja di sebuah organisasi. Faktor
yang berpengaruh terhadap komitmen anggota pada organisasi adalah kepribadian,
nilai yang dianut, dan kepercayaan, di mana hal tersebut merupakan
karakteristik individu yang turut mempengaruhi komitmen anggota dalam bekerja.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Mowday, dkk, (1982) yang menyatakan bahwa
karakteristik personal (seperti kepribadian), peran, pengalaman kerja, dan
struktural mempengaruhi komitmen organisasi. Tidak banyak yang mengetahui bahwa
faktor kepribadian turut berperan penting dalam komitmen anggota terhadap
organisasi.
Menurut Davison, dkk, (2004)
kelompok kepribadian tipe A mempunyai komitmen organisasi yang tinggi. Hal ini
dilihat dari ciri kepribadian tipe A yaitu orang yang kompetitif, terburu-buru,
dan berkomitmen pada pekerjaan. Dengan penelitian yang dilakukan oleh Tseng dan
Lee (1985) yang menunjukkan hasil bahwa karakteristik kepribadian berpengaruh
yang positif terhadap komitmen organisasi. Kepribadian tipe A secara signifikan
berhubungan dengan komitmen organisasi dan memiliki sikap komitmen yang tinggi
terhadap organisasi.
B.
PERUMUSAN
MASALAH
Dalam makalah ini, rumusan
masalahnya adalah: ”Apakah pengaruh kepribadian tipe A terhadap komitmen
organisasi?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Kepribadian
Definisi Kepribadian Menurut
Kartono (1979) kata kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin
“persona” yang artinya kedok atau topeng. Topeng ini biasanya digunakan oleh
pemain teater Yunani untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter
tertentu.
Personality juga berasal dari
personare yang artinya menembus, maksudnya dengan menggunakan topeng dapat
menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk tingkah laku tertentu.
Persona merupakan gambaran salah satu bentuk atau tipe individu tertentu. Jung
(dalam Kartono, 1979) menyatakan persona itu merupakan topeng bagi individu
sepanjang hidupnya yang berfungsi sebagai benteng pelindung untuk menutupi dan
melindungi diri sendiri agar mempunyai penampilan yang menyenangkan dan lebih
baik.
Selanjutnya menurut Allport
(dalam Wallace, 1993, h.251) menyatakan bahwa kepribadian sebagai organisasi
dinamik dalam sistem individu psiko-fisikal yang menentukan penyesuaian unik
mereka terhadap lingkungan yang baru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kepribadian adalah keseluruhan kualitas, ciri-ciri, perilaku yang
mengakarakteristikan sifat individu yang menentukan penyesuaian unik mereka
terhadap lingkungan yang baru sehingga membedakan antara individu yang satu
dengan lainnya.
2.
Pengertian
Kepribadian Tipe A
Menurut Bortner,
kepribadian tipe A adalah individu yang mengerjakan tugas dengan cepat,
mempunyai sikap kompetitif yang tinggi, tidak sabar dengan cara apapun untuk
mencapai tujuan yang diinginkannya atau menyelesaikan tugas dari waktu yang
ditentukan, berorientasi pada prestasi, ambisius, agresif, mudah stress, mudah
tertekan, tergesa-gesa, mudah gelisah, sering mengalami ketegangan, dan
berbicara dengan penuh semangat.
Kepribadian Tipe
A merupakan kompleks tindakan emosi yang dapat diamati dalam setiap orang yang
terlibat secara agresif dalam suatu perjuangan yang terus-menerus dan tak
henti-henti untuk mencapai hal yang lebih dari sekarang. (Kreitner dan Kinicki,
2005).
Dengan
mengintroduksi pendapat Friedman dan Rosenman, Gibson dkk, (1996:358)
menyatakan bahwa individu yang menunjukkan jenis kepribadian tipe A cenderung
menjadi agresif dan ambisius. Sikap permusuhannya mudah muncul, dan mereka merasakan
pentingnya waktu. Mereka umunya kurang sabar, kompetitif, dan pikirannya selalu
dipenuhi masalah pekerjaan mereka.
Individu dengan
jenis kepribadian tipe A adalah manusia yang tak henti-hentinya ingin mencapai
sesuatu yang lebih tinggi (tinggi dan banyak), dengan waktu yang terasa selalu
kurang. Ciri-ciri dari jenis kepribadian tipe A termasuk pemikiran yang sarat
dengan bagaimana manusia dapat mengejar waktu, bagaimana manusia bersaing
terus-menerus dengan ketat, bagaimana tingkah laku manusia hampir selalu
mengarah kepada permusuhan, keinginan yang besar untuk menggunakan waktu yang
luang dan ketidaksabaran menyelesaikan tugas.
Meskipun
memberikan label perilaku tipe A sebagai penyakit ketergesaan, Friedman dan
Rosenman mencatat bahwa individu tipe A seringkali menunjukkan prestasi yang
mengagumkan terutama dalam lingkungan sekolah dan lingkungan kerja yang
berorientasi pada kinerja. Namun, di sisi buruknya, kepribadian tipe A ini
cenderung akan mudah terkena stres (dalam Kreitner dan Kinicki, 2005).
3.
Pengertian
Komitmen Organisasi
Allen & Meyer (1997)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu keadaan psikologis yang
mencirikan hubungan antara karyawan dengan organisasi, dan berimplikasi
pada keputusan untuk melanjutkan
keanggotaannya dalam organisasi.
Menurut Mowdy, dkk (dalam
McKenna, 2000) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai hubungan yang kuat
dari identifikasi seseorang dan keterlibatan dalam organisasi.
Lebih lanjut, Prabowo (2001) dkk
berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi saat pegawai sangat
tertarik terhadap tujuan, nilai dan sasaran organisasinya.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi adalah proses identifikasi
dan keterlibatan seseorang terhadap suatu organisasi dan mengekspresikan
keinginan dan kepedulian terhadap organisasi menerima tujuan, nilai, adanya
sasaran organisasi agar tercapai suatu kesuksesan dan kesesejahteraan.
4.
Komponen
Komitmen Organisasi
Menurut Meyer & Allen (1997)
mengidentifikasi tiga komponen komitmen organisasi yaitu :
a. Affective commitment, berasal
dari kelekatan emosional karyawan terhadap organisasi, sehingga karyawan yang
memiliki komitmen efektif yang kuat akan mengidentifikasikan diri dengan
terlibat dalam organisasi, dan menikmati keanggotaannya dalam organisasi.
b. Continuance commitment,
berkaitan dengan komitmen yang didasarkan pada persepsi atas kerugian yang akan
diperoleh dirinya jika karyawan tidak melanjutkan pekerjaannya dalam
organisasi. Oleh karena itu, karyawan yang memiliki continuance commitment yang kuat akan bertahan dalam organisasi
karena mereka memang membutuhkan (need to).
c. Normative Commitment,
merupakan keyakinan individu tentang tanggung jawab terhadap organisasi. Normative Commitment berkaitan dengan
perasaan-perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada
organisasi.
5.
Faktor-faktor
yang memengaruhi Komitmen Organisasi
Menurut Dyne dan Graham (dalam
Coetzee, 2005). Ada 3 faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu:
a. Personal
factor : Ada beberapa faktor personal yang mempengaruhi latar belakang
pekerja, antara lain usia, latar belakang pekerja, sikap dan nilai serta
kebutuhan intrinsik pekerja. Ada banyak penelitian menunjukkan bahwa beberapa
tipe pekerja memiliki komitmen yang lebih tinggi pada organisasi yang
memperkerjakannya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pekerja yang lebih
teliti dan mempunyai pandangan positif terhadap hidupnya (optimis), cenderung
lebih berkomitmen.
b. Situasional
factors,
1) Workplace values / nilai-nilai ditempat kerja:
Nilai yang tidak terlalu kontroversial (kualitas, inovasi, kooperasi,
partisipasi, dan Trust akan mempermudah setiap anggota / karyawan untuk saling
berbagi dan membangun hubungan erat.
2)
Subordinate-supervisor interpersonal relationship:
Perilaku dari supervisor merupakan suatu hal yang mendasar dalam menentukan
tingkat kepercayaan interpersonal dalam unit pekerjaan.
3)
Job characteristics: Meliputi pekerjaan yang penuh
makna, otonomi dan umpan balik dapat merupakan motivasi kerja yang internal.
4)
Organizational support: Ada hubungan yang
signifikan antara komitmen pekerja dengan kepercayaan pekerja terhadap
keterikatan, dengan organisasinya.
c.
Positional/
penempatan,
1)
Organizational tenure: Penelitian menunjukkan bahwa
pekerja yang lebih lama bekerja di organisasi akan lebih mempunyai hubungan
yang kuat dengan organisasi tersebut.
2)
Hierarchical job level: Penelitian menyebutkan
bahwa status sosial ekonomi menjadi satu-satunya prediktor yang kuat dalam
komitmen organisasi.
6.
Komitmen
organisasi berdasarkan kepribadian tipe A
Faktor kepribadian dapat
mempengaruhi komitmen organisasi dalam bekerja di organisasi (Miner, 1992). Komitmen
organisasi adalah proses identifikasi dan keterlibatan sesorang terhadap suatu
organisasi dan mengekspresikan keinginan dan kepedulian terhadap organisasi
menerima tujuan, nilai, adanya sasaran organisasi agar tercapai suatu
kesuksesan dan kesesejahteraan.
Fenomena yang terlihat pada suatu
organisasi sekarang bahwa beberapa anggota organisasi memiliki tingkat komitmen
organisasi yang rendah. Akibat negatif yang dirasakan bagi organisasi adalah
adanya beberapa anggota yang datang ke tempat kerja terlambat, sering absen,
beberapa orang tidak bekerja saat jam kerja, pulang kerja lebih cepat dari jam
yang seharusnya, terutama bila pemimpinnya tidak beberapa di kantor.
Dengan individu yang memiliki
kepribadian tipe A, cenderung memiliki komitmen yang tinggi yaitu seperti
bekerja dengan lebih tanggung jawab, mereka jarang sekali absen, masuk kerja
dan pulang kerja sesuai dengan jam kerja bahkan sampai “lembur” dan mereka
bekerja dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu dengan adanya individu yang
memiliki kepribadian tipe A, yang memiliki komitment tinggi terhadap
organisasi, maka organisasi akan memiliki keuntungan atau pendapatan yang
semakin meningkat.
Adanya komitmen organisasi
mendorong para individu anggota organisasi untuk mempunyai semangat berkomitmen
dan bertanggung jawab dengan maksimal terhadap organisasi serta turut
berpartipasi di dalam kemajuan organisasinya. Komitmen organisasi dapat ditunjukkan
melalui identifikasi anggota terhadap organisasi, persetujuan anggota terhadap
objektivitas dan sistem value yang berlaku dalam organisasi, dan secara
sukarela memberikan usaha ekstra bagi kelangsungan organisasi. Anggota yang
berkomitmen tinggi juga akan bertanggungjawab dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Komitmen organisasi tidak
terlepas dari nilai, kepercayaan, atau kepribadian yang dimiliki oleh para
anggotanya. Dengan para anggota memiliki kepribadian tipe A yang memiliki etos
kerja yang tinggi. Sehingga anggota dalam berorganisasi memiliki hasrat dalam
bekerja serta mengabdikan diri bagi organisasinya. Dengan demikian, akan
tercipta kesetiaan anggota terhadap organisasinya dan menganggap bahwa
organisasinya seperti milik sendiri.
Seorang individu
yang memiliki kepribadian tipe A biasanya dalam
mengerjakan tugas dilakukannya dengan cepat, mempunyai sikap kompetitif
yang tinggi, tidak sabar dengan cara apapun untuk mencapai tujuan yang diinginkannya
atau menyelesaikan tugas dari waktu yang ditentukan, dan berbicara dengan penuh
semangat. Sehingga individu yang memiliki kepribadian tipe A cenderung memiliki
hubungan
yang kuat dari identifikasi seseorang dan keterlibatan dalam organisasi tinggi.
Sehingga menimbulkan sikap komitmen kerja terhadap organisasi tinggi. Dengan
tercapainya sasaran organisasi agar tercapai suatu kesuksesan dan
kesesejahteraan dalam lingkungan organisasi.
Individu dengan
jenis kepribadian tipe A cenderung melakukan pekerjaan dengan semaksimal
mungkin, mengerjakan pekerjaan dengan memotivasi ingin bersaing terus-menerus
dengan ketat, memanfaatkan waktu luang dengan se efektif mungkin dan
ketidaksabaran dalam menyelesaikan tugas. Kondisi ini membuat individu
memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasinya dengan anggota organisasi
yang sangat tertarik terhadap tujuan, nilai dan sasaran organisasinya.
Individu yang
menunjukkan kepribadian tipe A pikirannya selalu dipenuhi masalah pekerjaan
mereka. Sehingga individu yang memiliki kepribadian tipe A cenderung selalu
memikirkan pekerjaan-pekerjaan dan terfokus dengan organisasinya. Sehingga
memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasinya. Dari sikap demikian,
membuat organisasi akan semakin maju dan berkembang karena adanya loyalitas
dari para anggotanya.
Meskipun
perilaku tipe A memiliki kelemahan yaitu berupa ketergesaan dalam melakukan
apapun, tetapi individu dengan tipe A seringkali menunjukkan suatu prestasi
yang mengagumkan terutama dalam lingkungan kerja yang berorientasi pada kinerja,
karena kepeduliannya yang tinggi terhadap organisasi. Sehingga akan melakukan
pekerjaan yang semaksimal mungkin.
Kepribadian Tipe
A memiliki tindakan emosi yang kompleks terhadap organisasi, sehingga anggota
organisasi memiliki komitmen efektif yang kuat dengan cara mengidentifikasikan
diri dengan terlibat dalam organisasi, dan menikmati keanggotaannya dalam
organisasi. Anggota yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan lebih
termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan
organisasi.
Selain itu dengan individu yang
memiliki kepribadian tipe A, mereka akan merasa telah menjadi satu dengan
organisasi dan tidak terpisahkan. Hal ini akan berakibat terciptanya hubungan
antara anggota dengan organisasi menjadi lebih baik. Selain itu, setiap anggota
juga akan bersedia berusaha keras dan memberikan performance terbaik demi
tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi. Organisasi yang memiliki tipe
anggota seperti ini akan menjadi organisasi yang sehat dan berkembang baik.
D.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa individu yang memiliki kepribadian tipe A
cenderung memiliki komitmen yang tinggi dan kuat terhadap organisasinya. Hal
itu tercermin dengan sikapnya yang memiliki hasrat dalam bekerja serta
mengabdikan diri bagi organisasi, setia terhadap organisasi,
mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai dan tujuan, dan memperlakukan
organisasi seperti milik mereka sendiri. Selain itu mereka akan merasa telah
menjadi satu dengan organisasi dan tidak terpisahkan. Hal ini akan berakibat
terciptanya hubungan antara anggota dengan organisasi menjadi lebih baik.
Selain itu, setiap anggota juga akan bersedia berusaha keras dan memberikan
performance terbaik demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi.
Sehingga organisasi yang memiliki tipe anggota seperti ini akan menjadi
organisasi yang sehat dan berkembang baik.
E.
DAFTAR
PUSTAKA
Coetzee,
M. 2005. Employee commitment.
University of Pretoria etd.
Davison,
G.C., Neale. J.M., & Kring, A.M. 2004. Abnormal
psychology : internasional edition ( 9 th ed.). New York : John Wiley &
Sons.
Dessler,
G. 1997. Manajemen sumber daya manusia
(2nd ed.). Jakarta: Prenhallindo.
Ika
Suranto, Ribkah. 2012. Perbedaan Komitmen Organisasi Antara Karyawan
Kepribadian Tipe A dan Tipe B di PT Dunia Setia Sandang Asli Tekstil Surakarta.
Diss. Program Studi Psikologi FPSI-UKSW.
Gibson
L. James, John M. Ivancevich, James H. Donnelly Jr. 2006. Organisasi ;
Perilaku Struktur, dan Proses. Edisi
Kedelapan Jilid 1 dan II. Jakarta : Binarupa Aksara.
Kartono.
1980. Teori Kepribadian. Bandung. Alumni.
Kreitner
& Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.
McKenna,
E. 2000. Businesss Psychology and
Organizational Behavior : A Student’s handbook (3rd ed.). Phiadelphia
Psychology Press.
Meyer,
J.P. & Allen, N.J. 1997. Commitment
in the Workplace: Theory, Research, and Application. Thousand Oaks, CA:
Sage Publications.
Miner,
J.B 1992. Industrial organizational
psychology. NJ: McGraw- Hill.
Mowday,
R.T., Porter, L.W., & Steers, R.M. 1982. Employee-organization linkages: The psychology of commitment,
absenteeism, and turnover. New York: Academic Press.
Prabowo,
S. 2001. Mengapa seseorang bertahan dalam
organisasi?. Psikodemensia.
Robbins,
S.P. 1998. Organizational behavior:
consepts, controversies, and applications (8 th ed.). NJ: Prentice Hall.
Schultz,
D.P., & Schultz, S.E 1998. Psychology
and work today : An introduction to industrial and organizational psychology (7
th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.